Belajar sukses dari kegagalan. Itulah topik yang kami bincangkan bersama Bapak Anggito Abimanyu di sore hari yang teduh pada Jumat, 20 Mei 2016 kemarin. Alhamdulillah saya dan beberapa teman lainnya bisa mendapat kesempatan mengikuti Kuliah Tokoh yang diadakan teman-teman Kastrat BEM FEB UGM. For your info aja, Kuliah Tokoh (yang dulu namanya Diskusi On The Spot) adalah acara semacam kuliah ringan informal atau bincang-bincang bersama tokoh-tokoh gitu. Bisa dosen atau tokoh masyarakat atau siapalah yang menarik di kediaman mereka. Kalau tahun lalu, kami mengunjungi Pak Rangga Almahendra, authornya 1000 Cahaya di Langit Eropa yang sekaligus juga dosen di FEB UGM. Tahun lalunya lagi? Saya gaikut, belum masuk UGM jadi lupa siapa yang diajak OTS. Hehehehe Oke back to topic. KulTok bersama Pak Anggito ini materinya seperti yang saya tulis sama sekali gak berat. No hitungan, no analisis data, no jurnal, no laporan keuangan dll. Lebih ke sharing-sharing pengalaman beliau yang saya akui memang amazing. Saya selalu kagum sama orang yang berkarakter. (karena saya sendiri tergolong shallow hikss). Bagi saya setelah mendengar pengalamannya langsung, beliau memang mempunyai basic pribadi yang cerdas. Tidak hanya pintar, cerdas! Bahkan awal saya tau beliau memang cerdas tuh dari bapak saya. Intermezzo dikit, jadi bapak saya dulu juga kuliah di Jogja, cuma di YKPN gak di UGM. Kebetulan dosen YKPN dulu tuh banyak dosen UGM, *jadi ada dosen bapak saya yang jadi dosen saya*. Nah kata bapak saya, Pak Anggito ini dulu asdosnya Pak Boediono (mantan wakil presiden, mantan Gubernur BI). Jadi emang dari dulu udah super cerdas. Pak Anggito sendiri juga cerita dia lulus kuliah umur 20 tahun, padahal saya aja hari umur 20 tahun masih semester 4 *abaikan yang barusan*. Jadi Pak Anggito bilang dia akselerasi SD sebanyak 2x. Dan Pak Anggito bukan tipe yang nerdy terus academic oriented gitu. Dia main musik, main basket, marching band, ikut senat. Jadi gak salahkan, saya bilang cerdas dari sananya. Heuuu kapan saya cerdas kayak gituu. Beliau setelah perkenalan, beliau mengawali bincang-bincang dengan quotes-quotes yang ditampilkan dalam slidenya. If you do right, no one remember. But, if you do wrong, no one forget. "Saya pernah rasakan betul hal itu, saat kasus plagiarisme itu", ujarnya. Yup, beliau memang sudah tidak mengajar lagi di FEB. Ada kasus beliau terkait plagiarisme, yang sebenernya sepengetahuan saya dari cerita dosen yang lain, ada miskomunikasi antara beliau dengan asistennya kalau gak salah. Jadi beliau memasukan suatu tulisan tanpa referensi terkait penulis bersangkutan. (koreksi saya kalo salah, saya gak tau detailnya). Namun akhirnya, beliau dengan gentle mengundurkan diri dari UGM untuk menjaga nilai-nilai integritas dan akademis yang dijunjung tinggi UGM. See, plagiarism is a big thing here, never try it, even once. Namun saya masih tetap salut dan kagum dengan beliau. Selanjutnya beliau memaparkan materi tenatang kepemimpinan, apa itu kepemimpinan, apa tujuan menjadi pemimpin. Selain itu juga ada kurva yang menurut saya malah mirip game theory hehe. berisi matrix dengan sumbu (y) mampu dan sumbu (x) berani serta kurva lain pendidikan (y) dan pengalaman (x). *ekonom tak pernah lepas dari kurva*. Lalu membahas karakter orang sukses, tahapan pemimpin sukses, ciri pemimpin sukses dan fokus pemimpin sukses dan lainnya. Sambil menyelipkan pengalaman beliau baik saat menjadi akademisi ataupun saat bekerja di pemerintahan. Memang sudah rahasia umum kalau pemerintahan Indonesia memiliki birokrasi yang buruk dibaliknya. Beliau menceritakan pengalamannya saat menjadi Dewan Ekonomi Nasional (DEN) pada saat pemerintahan Gusdur dimana saat itu bahkan beliau belum eselon 1, lalu pengalaman terpilihnya sebagai ketua PBBI, sampai pengalamannya menjadi Dirjen Haji.
"Saya tidak pernah meminta jabatan. Seumur hidup, saya belum pernah melamar pekerjaan. Bahkan saat menjadi dosenpun saya diminta oleh Pak Boed. Semua itu amanat" ujarnya. Yap, sejatinya jabatan memang hakikatnya sebuah amanat. Beliau juga berpesan, "Jadi pemimpin itu harus fokus, jangan rakus buat ambil semua" Begitulah sekelumit bincang-bincang singkat yang saya ingat. Terimakasih sudah membaca :) NB: Postingan ini ada di draft blog saya sejak tahun 2016. Entah kenapa lupa saya lanjutkan dan saya post. Tulisan saya berakhir di quotation terakhir cerita diatas, dan saya tidak terlalu ingat apa yang terjadi setelahnya. Tapi yang jelas, pertemuan dan bincang-bincang singkat dengan Pak Anggito merupakan hal yang berkesan bagi saya kala itu. Pak Anggito merupakan sosok yang cerdas dan humble. Oleh karena itu, di Mei 2021, saya tetap riliskan tulisan saya ini :)
0 Comments
|
Author
Seeking for new experiences and happiness. Writting to express not impress. Archives
January 2022
|