Hallo good people, It's been a year since my last posting (not included the draft of post mental breakdown, lol). Kali ini aku mau mau posting tentang tripku bersama Anin ke Bangkok, Thailand selama 5 hari 4 malam. Berawal dari niatku sama Anin untuk menghabiskan jatah cuti tahunan masing-masing, kami memutuskan untuk travelling. Bangkok menjadi pilihan kami karena terkenal travel friendly, budget friendly dan kebetulan lagi bosen aja sih sama kota-kota pulau Jawa (mau ke tempat eksotis macem Derawan atau Labuan Bajo lagi gak ada budget kak, hehe). Tripku kali ini termasuk budget friendly, aku beli tiket di Air Asia sekitar H-1 bulan keberangkatan dengan harga sekitar IDR 1,8 juta PP (cabin baggage only) per orang. Gak terlalu cuan sih tiketnya, tapi masih lumayan murah lah. Untuk penginapannya, kami menginap Glur Hostel Bangkok, total biaya untuk 5 hari 4 malem sekitar IDR 470 ribu untuk berdua, which is sekitar IDR 50 ribuan per hari. Jadi total damage untuk transportasi dan akomodasi sekitar IDR 2 jutaan lebih dikit. Day 1: Going Abroad Kami berangkat dari Bandara Soekarno Hatta menuju Bandara Don Mueang, Bangkok. Seharusnya berangkat jam 13.50 tapi kena delay sebentar sekitar 50 menit. Sampai di Bangkok sekitar pukul 18.00. Selesai check point ke imigrasi, kami beli SIM card Thailand dulu di deket exit gatenya Don Mueang, Kami pilih Happy Tourist SIM yang valid for 7 days dari provider DTAC. Harganya sekitar THB 179 atau IDR 85 ribu udah dapet 9 GB. Menuju hostel, kami naik Bus A1 dari pintu keluar terminal 2 Don Mueang ke BTS Mo Chit. Terus nyambung naik BTS dari BTS Mo Chit ke BTS Saphan Taksin. Dari Saphan Taksin tinggal jalan sekitar 2 menit ke GLUR. Sedekat itu dan sestrategis itu sih hostelnya dari BTS dan Pier. Saat check in kami disambut oleh resepsionis yang justru bukan orang Thai, melainkan Pinoy. Melihat aku yang hijaban, dia langsung nebak kami dari Indonesia. Abis itu mulai proses check in. Kami bayar THB 500 buat deposit yang akan dikembalikan saat check out. Sebenernya aku sama Anin udah siap-siap back up plan karena menjelang detik-detik keberangkatan, kami baru liat beberapa review terbaru di Glur cukup unsatisfying. Backup plan kami adalah nginep semalem dan cari hotel lain kalau tempatnya gak nyaman. Surprisingly, female dorm disana cukup nyaman, bantal dan kasurnya empuk, sprei bersih pas kami check in (cuma ada yg sobek dikit sih). dan yang terpenting kamar mandinya bersih (ini jadi momok banget buat aku dan Anin yang gelian, gapapa deh kamarnya gak fancy-fancy amet. asal kamar mandinya bersih). Selesai leha-leha sebentar, kami makan malem di Bangrak Bazaar depan Glur persis. Untungnya disana ada satu counter yang state no pork, harganya sekitar 30-100an baht tergantung makanannya. Selesai makan kami jajan sebentar ke Sevel lalu balik ke Glur untuk istirahat. Day 2: Heritage Day Hari kedua, kami dedikasikan untuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Bangkok yang populer sebagai destinasi wisata. Selesai mandi dan sarapan, kami bertolak menuju Sathorn Pier (check point buat river boat atau gampangnya dermaga hehe). Sathorn Pier ini cuma jalan 2 menit dari Glur karena letaknya depan BTS Saphan Taksin. Nah disini nih aku sama Anin resmi jadi turis karena ketipu scam di Bangkok. Salah satu scam di Bangkok adalah pada riverboat, padahal semaleman aku sama Anin udah baca akomodasi menuju Wat Pho, which is naik riverboat dengan bendera warna orange seharga 14 Baht, Tapi kita end up naik tourist river boat seharga 100 Baht gara-gara mbak-mbak siyalan yang arahin kita. Jadi si Sathorn Pier ini ada semacem 2 gate gitu. tapi kita gak liat yang satunya karna agak geser lagi dari gate yang kami lewati. Yasudah jadi pelajaran juga, kami lebih hati-hati untuk naik boat hehehe. Mengarungi sungai Chao Phraya yang kuberi jempol karna lebih bersih dari sungai di Jakarta, kami akhirnya tiba di suatu Pier tak bernama menuju Wat Pho. Tiket masuk Wat Pho sendiri sekitar THB 200 kalau aku gak salah. Tapi kompleks Wat Pho ini cukup luas buat dijelajahi, jadi worth it lah. Disini juga tempat patung The Reclining Buddha. Wat sendiri artinya temple/kuil atau Buddhist Monestery. Jadi memang disini kayak komplek kuil gitu sih yang kulihat. Makanya banyak Bhiksu atau Monks disini. Pas aku kesana, kebetulan juga ada acara gitu sih di salah satu sudut kompleknya. Tapi tetap boleh masuk kok. Selesai dari Wat Pho, kami memutuskan menyebrang menuju Wat Arun. Dari dermaga Tha Tien ke dermaga di Wat Arun kami hanya bayar 4 Baht per orang. Dan aku gak inget harus bayar tiket masuk ke Wat Arun. Kayaknya enggak deh. Wat Arun sendiri kompleknya lebih kecil daripada Wat Pho. Cuma ada beberapa stupa tinggi. Namun lebih instagrammable dibandingkan Wat Pho. Kalau Wat Pho lebih warna-warni dan emas, Wat Arun warna dasarnya putih. Jadi silau deh, bagus buat foto wkwk. Puas jalan-jalan di Wat Arun, kami kembali ke dermaga Tha Tien karena gak ada dermaga di Wat Arun yang bisa langsung balik ke Sathorn Pier. Tadinya rencana mau ke Grand Palace, tapi udah keburu capek dan tiket masuknya mahal, sekitar 500 Baht. Akhirnya kami memutuskan pulang menggunakan Bus No. 1 ke Chroeng Krung untuk pulang istirahat siang ke Glur. Yes, literally istirahat bobok siang karena diriku belom bobok cukup setelah harus kelarin kerjaan kantor sebelum berangkat ke Thai. Malemnya baru kita ke Asiatique Riverside. Naik boat dari Sathorn Pier ke Asiatique ternyata gratis sist. Luv banget. Disana aktivitasnya sih standar, foto-foto, makan Mango Sticky Rice sama jajan street food yang yummy. Kita gak belanja di Asiatique karena disana terkenal cukup pricey (meskipun barangnya emang lucu-lucu dan bagus). Jadi setelah dari Asiatique kita ke Ratchada Night Train Market (atas rekomendasi Caca, temenku yang lagi kerja di Bangkok). Ratchada Night Train Market ini rame banget sama muda-mudi. Harga barangnya murah-murah sih. cuma entah kenapa aku dan Anin gak tertarik untuk beli apa-apa. Jadi cuma jajan makanan minuman aja disana. lalu balik ke Glur buat istirahat. Day 3: Shopping Day Hari ketiga di Bangkok kami putuskan untuk shopping day. Destinasi pertama adalah pergi ke Pratunam Market naik Bus. Tapi asli Pratunam menurutku sama Anin panas dan sumpek banget. Kita gak belanja apa-apa sih disini, langsung pindah ke Platinum Mall yang lebih adem. Kalau Platinum itu menurutku mirip banget sama ITC wkwk, Plusnya lebih adem dan gak sesumpek Pratunam sih, tapi barangnya menurutku biasa aja. Adekku sempet nitip baju buat oleh-oleh, tapi berhubung bajunya modelnnya kayak ITC, jadi gak aku beliin karena kemungkinan besar gak muat sama dia. Tapi di Platinum barangnya terbilang murah. Untuk souvenir khas Thailand aku beli disini semua. Aku beli Tas dengan corak khas Thailand dan dompet-dompet di lantai paling atas deket foodcourt. Setelah itu, kita pindah ke MBK Square naik Bus No. 113. Sumpah ini nunggu busnya lama banget, ada kali sejam lebih. Impresiku sama MBK square ya lumayan bagus sih mallnya, standar mall. Disini aku beli cemilan-cemilan khas Bangkok buat oleh-oleh. Macem Durian Chips, Kacang Kao, Cuttlefish snack, sama Lays yang rasanya gaada di Indo. Puas belanja kami balik Glur. Ternyata pegel juga ya muter-muter belanja. Gak kebayang yang open jastip. Day 4: Artsy Day Hari keempat. Tadinya kami berencana ke Pattaya. Tapi karena beberapa pertimbangan rencana ke Pattaya dibatalkan. Selain itu takut kemaleman juga karena besok kami harus flight ke Jakarta. Jadi, pagi sampai sore aku sama Anin belanja makeup dan skincare titipan temen-temen. Kita menyambangi Watson dan beberapa drugstore sejenis. Selain itu kami juga ke Eve and Boy di Siam Square. Eve and Boy itu semacam department store tapi khusus make up dan skincare. Disini pilihannya banyak banget dari yang murce sampai high end brand. Harus kuat-kuat iman sih buat para makeup junkie. Jam pulang sekolah di Bangkok itu sekitar jam 12-13. Jadi pas aku sama Anin belanja, para pelajar-pelajar Bangkok juga lagi pada nongkrong dan jajan pulang sekolah. Dari yang aku amati, orang-orang di Bangkok itu suka banget dandan. jadi market untuk makeup sama skincare disini cukup menjanjikan. Selesai belanja, kami balik ke Glur untuk taruh barang. Setelah magrib, kita ke Bangkok Art and Cultural Centre. Random aja sih kita kesana. Gallerynya gede dan dingin banget menurutku. Terdiri dari beberapa lantai. Disana sedang ada pameran tentang sustainable energy. Selain itu lagi ada thesis exhibition dari mahasiswa Suansunandha Rajabhat University. Yang menarik disini juga dipamerkan LGBTQ art exhibition. Namanya Spectrosynthesis I dan Spectrosynthesis II. Pamerannya cukup menarik mengingat LGBTQ sendiri merupakan isu sensitif meskipun sudah cukup diterima di Thailand. Dalam pameran ini juga terdapat karya seniman Indonesia yaitu fotografi tentang sekolah transgender di Jogja (aku lupa nama senimannya siapa tapi). Setelah mengelilingi gallery, sebenarnya kami sempat berniat nightwalk ke Khaosan Road atau Nana Plaza buat liat ladyboy (wkwk buat apa sih sebenernya). Tapi berhubung aku sama Anin cuma berdua, di negara orang dan tiba-tiba ayahku ngirim pesan untuk tidak ke tempat yang terlalu padat orang dan yang aneh-aneh karna beliau takut aku disuntik HIV sama orang yang tidak dikenal wkwk (entah dapet info darimana), aku sama Anin memutuskan untuk makan curry di Bangrak aja. Ada sebuah resto curry terkenal di sebelah Glur. jadinya kita pulang ke Glur aja. Selain itu kami emang udah capek juga sih. Day 5: Home Sweet Home Hari ke 5. Aku sama Anin pulang ke Jakarta. Flight kami sebenernya sore. Jadi pagi kami packing. Siang jam 12 check out. terus makan siang di KFC sambil nongkrong sampe jam 2 baru berangkat ke Bandara Don Muang. Sedikit bala waktu di Don Muang. parfum (yang tinggal dikit) sama body lotion yang aku beli disita karna lebih 125 ml. Okelah salahku juga sih emang. Overall, impresiku terhadap Bangkok adalah mirip banget sama Jakarta versi lebih tertib. Macetnya, cuacanya, padatnya, gedung-gedung tinggi, makanannya gak terlalu jauh rasanya, orangnya juga mirip-mirip fisiknya. Kadang kalau lagi beli apa, kalo kita gak mulai ngobrol in English, orang sana bakal nyerocos pakai bahasa Thai karena fisik yang mirip-mirip. Selain itu living cost di Bangkok termasuk murah, transportasi umumnya juga udah tergolong bagus. Believe me, Aku sama Anin gak pernah sekalipun naik taksi disana. Berbekal google kita menjelajah menggunakan BTS (sky train/LRT), MRT (subway), Bus sama riverboat. Gak ada acaranya nyasar, padahal kita berdua belom ada yang pernah ke Bangkok. Gak butuh adaptasi istilahnya disini karena semirip itu sama Jakarta. Satu lagi yang aku suka dari Bangkok adalah anak-anak sekolahnya. Ini bukan pedo ya wkwk. Aku suka soalnya mereka look so happy mungkin karena pulangnya cepet kali ya gak kayak di Indo, dan aku suka seragamnya! Seragamnya biasa sih kemeja putih sama rok gelap gitu. Tapi menurutku lebih bagus dari seragam di Indonesia. Dan entah kenapa, dari observasiku sangat mudah ngebedain mana murid yang primary school, secodary school, high school sama univeristy (uni disini masih pakai seragam). Yang SD dan SMP rambutnya masih dikuncir terus dikasih pita (cute banget, dari jaman sekolah aku suka banget kalo rambut diiket rapi) Dan meskipun orang-orang Bangkok suka dandan, tapi untuk sekolah tetap menyesuaikan sih sesuai umur. Yang aku liat udah dandan cukup cetar cuma anak kuliahnya aja. Anak sekolahnya masih sederhana, polos dan imut-imut tampilannya. Mengingatkanku sama jaman sekolahku dulu yang gak pernah pake make up hehe. It quite pleasant city. Kalau ke Thai lagi aku mungkin mau coba explore kota-kota lain macem Hua Hin, Krabi, Phuket, Ayuthayya, Ratchaburi atau Pathumtani. Atau jelajah Bangkok ke tempat-tempat yang belum sempat aku kunjungi karena keterbatasan-keterbasan kali ini. Sekian trip kali ini. Adios! Notes: Foto-foto diatas yang landscape sebagian besar di take sama Anindya Mauli Putri. Karena aku gak bawa kamera ke Bangkok hehe. kameraku rusak
0 Comments
|
Author
Seeking for new experiences and happiness. Writting to express not impress. Archives
January 2022
|